Jurnalismewarga.id – SILOU KAHEAN | Peristiwa jebolnya bak mandi yang baru dibangun oleh pemerintah nagori dolok saribu bangun yang menewaskan dua ibu rumah tangga bulan desember 2017 yang lalu masih terus dilakukan penyelidikan polres simalungun.
Kasat reskrim polres Simalungun AKP Ghulam Yanuar Lutfi STK SIK MH, saat dikonfirmasi mengatakan kejadian jebolnya bak mandi yang menewaskan Roma Hutauruk (39) dan Nurhaini Saragih (38) saat ini masih dilakukan rangkaian pemeriksaan.
“beberapa saksi sudah diperiksa dan belum ada ditetapkan tersangka,” ujar mantan kapolsek Kualuh Hulu ini.
Ditambahkan Kasat, Kasus ini merupakan limpahan dari polsek Silou kahean dan sudah lakukan pemeriksaan beberapa orang saksi di kantor polsek silou kahean. Rabu(8/5).
“kegiatan pemeriksaan kemarin bagian dari upaya kita untuk mempercepat proses pemeriksaan dan memberikan kepastian hukum atas kasus tsb,” ujar Ghulam saat dikonfirmasi melalui jaringan whattshapp. Kamis(9/5).
Sementara itu, Suami korban Nurhaini Saragih, Muliamin Damanik meminta Kapolres simalungun agar serius dalam penangaanan kasus jebolnya bak mandi yang menewaskan istrinya Nurhaini Saragih dan yang bertanggung jawab dalam kejaidan ini dapat terungkap.
“Kapolres simalungun agar serius menangani itu, kejadian ini sudah cukup lama, 2017 yang lalu, sampai sekarang belum ada yang bertanggung jawab, saya minta pemeriksaan saksi saksi di kantor ini(polsek silou kahean) tidak hanya seremoni aja. proseslah sesuai peraturan humkum yang berlaku karena suda menghilangkan nyawa manusia,” ungkap muliamin saat diwawancarai di kantor polsek silou kahean. Rabu(8/5) pukul 21 30 wib.
Kronologis kejadian
Rabu 20 Desember 2017 sekira pukul 14.00 WIB, Pangulu Nagori (Kepala Desa) Dolok Saribu Bangun, Jonneri Saragih bersama perangkat desa datang ke Dusun Partimalayu untuk menguji coba mengalirkan air dari umbul ke bak penahan air proyek pembangunan saluran air minum dana desa tahun 2017. Mereka pun memasang kran air di dekat bak penahan air tersebut.
Sekira pukul 16.00 WIB, aliran air dari umbul yang dialirkan lewat pipa pun sampai ke bak penahan air dan disambut gembira warga setempat dengan langsung memanfaatkan air untuk keperluan mandi dan cuci. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa bergembira memanfaatkan air yang mengalir dari kran dan tumpahan air dari bak penahan yang bagian atasnya masih terbuka.
Kegembiraan warga ini wajar, karena sebelumnya untuk urusan cuci mandi dan air minum, mereka menggunakan mata air yang agak jauh dari perkampungan. Suasana ceria ini berlangsung hingga pukul 18.00 WIB, dan Pangulu serta perangkat nya pun meninggalkan lokasi.
Sekira pukul 18.30 WIB, keceriaan warga pun berubah menjadi isak tangis. Kedatangan ‘air kehidupan’ yang sudah lama dinantikan berubah menjadi ‘lautan’ air mata, seiring dengan melayangnya nyawa warga setempat, Roma Hutauruk dan Nurhaini Saragih.
Beberapa warga yang berada di warung milik Muliansen Damanik yang posisinya dekat dengan bak penahan air sontak terkejut dan berhamburan melihat kejadian pecahnya bak penahan air tersebut.
Isak tangis Agusman Damanik yang melihat langsung istrinya Roma Hutauruk meninggal di tempat kejadian pun tak terbendung. Tak jauh berbeda, hal yang sama juga dirasakan Muliansen Damanik yang bertetanggaan dengan Agusman, juga histeris melihat ibu dari anaknya, Nurhaini Saragih sekarat ditimpa reruntuhan bangunan bak penahan air. Meski sempat hendak dibawa ke Rumah Sakit (RS), istri dari Muliansen itu akhirnya meninggal dunia di perjalanan.(ArD/*)