JURNALISMEWARGA.ID – Ephorus HKBP Pdt.Dr. Victor Tinambunan menegaskan bahwa bencana yang menimpa Sumatera dan merenggut nyawa manusia bukan dari Tuhan, melainkan ulah manusia. “Ini (bencana), bukan suratan tangan, tapi kerakusan manusia,” tegas Ephorus pada acara wisuda Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar, Sabtu, 6 Desember 2025.
Menurut Ephorus, data yang diperoleh pihaknya dari bencana ekologis itu, delapan ratusan orang meninggal dan tujuh ratusan belum ditemukan. Sebanyak 6001 kepala keluarga yang merupakan anggota jemaat HKBP mengungsi karena kehilangan rumah.
Pejabat publik yang tengah menolong masyarakat dan mendalami bukti-bukti kerusakan alam perlu didukung, namun bukti-bukti kerusakan alam itu kata ephorus sangat mudah dibuktikan.
“Terlalu dalam buktinya. Kita lihat saja di google, citra satelit di handpone kita, bagaimana kondisi hutan yang rusak. Tiap hari puluhan truk mengangkut kayu-kayu besar selama puluhan tahun dan kita lihat juga kayu-kayu besar yang dibawa bencana,” ungkapnya.
Dijelaskannya, bukti-bukti kerusakan terang benderang, selanjutnya gerakan bersama menghentikan pengrusakan dan melakukan pemulihan agar tidak terjadi di masa depan. “Bencana ini bencana ekologis, buatan tangan manusia, kerakusan manusia yang tidak bertanggungjawab,”
Kepada para wisudawan, Ephorus menawarkan prinsip sederhana yaitu Cerdas, Kritis dan Santun (CKS). Kecerdasan bukan sekadar tumpukan teori, melainkan daya untuk membaca jaman dan memahami luka-lukanya dan menemukan jalan pemulihan. Indonesia membutuhkan pemikiran jernih, jujur dan terbuka. Di tengah banjir bandang, hoax bisa menenggelamkan akal sehat.
Kritik bukanlah amarah, melainkan keberanian untuk berkata benar ketika banyak memilih diam. Kritik adalah kasih yang menolak membiarkan masyarakat terperosok lebih dalam. Dengan hati yang bening, mempertanyakan apa yang perlu diperbaiki, meluruskan yang melenceng, dan membangun budaya dialog yang menyehatkan. Terakhir, ephorus menjelaskan, kesantunan adalah seni menghargai sesama, apa pun latar belakangnya. Dalam dunia yang makin gaduh, sikap lembut dan hormat justru menjadi kekuatan moral. Dengan santun, kritik menjadi jernih, dengan santun, kecerdasan menemukan jalannya.
Sementara, Rektor Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar, Muktar Panjaitan mengatakan, wisuda bukan sekadar perayaan, tetapi peneguhan komitmen untuk terus maju sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkarakter, unggul, dan berdampak bagi masyarakat dan bangsa.
Dies Natalis ke-8 ini mewisuda 420 orang dari 13 program studi pada tiga fakultas. Tampak hadir, pengurus dan pengawas Yayasan Universitas HKBP Nommensen, perwakilan LLDIKTI wilayah 1 dan muspida plus daerah. (*)




