PEMATANGSIANTAR – Kota Pematangsiantar mencatat tingkat inflasi year-on-year (yoy) tertinggi kedua di Sumatera Utara (Sumut) pada September 2025, yakni mencapai 5,84 persen. Komoditas cabai merah ditetapkan sebagai penyumbang inflasi utama di kota tersebut.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Setdako Pematangsiantar, Sari Dewi Rizkiyani Damanik, menjelaskan bahwa inflasi yoy Pematangsiantar hanya kalah tinggi dari Deliserdang (6,81%). Sementara secara month-to-month (mtm), inflasi Pematangsiantar tercatat 0,47 persen.
”Inflasi dipengaruhi kenaikan harga cabai merah (0,50%), emas perhiasan (0,09%), dan cabai hijau (0,07%),” terang Sari, Jumat (17/10/2025).
Menurut Sari, fluktuasi harga cabai merah sangat sensitif terhadap cuaca buruk dan isu pasokan dari sentra produksi seperti Simalungun, Karo, dan Batubara, terutama setelah periode panen.
Untuk meredam laju inflasi, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pematangsiantar gencar menggelar Pasar Murah dan Gerakan Pangan Murah (GPM) di setiap kecamatan. Dalam kegiatan ini, TPID juga menyediakan cabai merah selain komoditas pokok lainnya.
Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi turut mengajak masyarakat untuk melakukan upaya mandiri, yaitu memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam tanaman pangan, termasuk cabai.
”Ini paling tidak bisa mengurangi pengeluaran rumah tangga,” kata Wali Kota saat peringatan Hari Pangan Sedunia (16/10/2025).
Wali Kota Wesly juga mengapresiasi inovasi seperti Lomba Memasak Menggunakan Pasta Cabai. Ia berharap, penggunaan pasta cabai dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada cabai segar, sehingga membantu menstabilkan konsumsi dan harga komoditas ini.(*)