Jurnalismewarga.id -SIMALUNGUN | Petani di Kabupaten Simalungun mengeluhkan anjloknya harga jual sayur kol di pasaran dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Para petani mengaku sangat rugi, karena biaya produksi sangat tidak sebanding dengan harga jual. Kondisi ini membuat petani kesulitan untuk memproduksi sayuran yang tumbuh di daerah berhawa dingin tersebut.
Johannes Silalahi, salah satu pengurus Petani Muda Simalungun, mengatakan, turunnya harga sayur kol itu sudah terjadi sejak dua bulan lalu. Hal ini menurutnya disebabkan oleh rendahnya daya beli masyarakat. Keadaan ini membuat kondisi perekonomian petani semakin sulit .
“Pendapatan kita dari hasil panen saja tidak bisa menutup biaya operasional yang kita keluarkan. Sementara, harga pupuk dan benih saat ini mengalami peningkatan. Ini membuat keadaan ekonomi semakin sulit,” ujarnya, Senin(7/2/2022).
Johannes menjelaskan, harga kol saat ini berkisar Rp.300 per kilo gram. Padahal, untuk harga normal Rp.1000 per kilo gram. Penurunan harga mencapai 70 persen.
“Untuk masa tanam dari tebar benih hingga itu selama 4 bulan. Dalam setahun kita bisa 3 kali panen. Kami petani kol di Simalungun, menjerit karena harga kol anjlok. Sementara harga obat-obatan dan pupukk naik 100 persen,” keluh Johannes lagi.
Petani lain, Saragih juga mengatakan hal yang sama. Dia berharap, pemerintah, khususnya Pemerintahan Kabupaten Simalungun, agar memperhatikan para petani. Jika harga kol terus seperti ini, dia bahkan mengungkapkan lebih memilih membuang hasil panennya tersebut.
“Sekarang semua nya serba susah. Mau menanam apa saja susah. Harga di tingkat petani anjlok semua. Untuk balik modal saja susah. Apa lagi mau untung,” ujarnya.(Red)