RAYA, SUMATERA UTARA – Kesenian tradisional Suku Simalungun yang dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, kini terancam punah. Namun, di tengah gempuran modernisasi, seorang sosok berdiri teguh sebagai penjaga warisan budaya: Lina Damanik, seniman berusia 76 tahun.
Ia tak hanya membuka pintu rumahnya sebagai sanggar, tetapi juga aktif mengajar seni Simalungun di sekolah-sekolah. Dedikasinya begitu besar hingga ia menjadi rujukan utama bagi para peneliti dan dosen. Selama hidupnya, Lina telah menciptakan puluhan lagu inggou dan tarian Simalungun. Salah satu karya terbarunya, “Hundul Jonong” (Duduk Termangu), adalah lagu sedih yang lahir dari perenungannya tentang kerasnya kehidupan.
Meskipun pernah merasakan masa kejayaan sebagai musisi profesional, Lina kini fokus penuh pada regenerasi. Pintu rumahnya di Nagori Bahapal Raya selalu terbuka bagi murid-murid dari berbagai tingkatan yang ingin belajar seni tradisional.
“Saya ingin pergi saat sudah ada yang meneruskan seni tradisi Simalungun ini,” kata Lina. Kisahnya menjadi pengingat yang kuat bahwa dedikasi dan cinta pada budaya mampu melawan arus zaman.
Tentang Lina Damanik
* Lahir: Simalungun, 1 November 1948
* Suami: Saman Purba
* Anak: 3 orang
* Pendidikan: SD Negeri 3 Sondi Raya (tamat 1963), SMP Negeri 1 Raya (tamat 1966), SMEA GKPS Raya (tamat 1970).(ArD) dikutip dari Kompas.Id