PEMATANGSIANTAR – Hari itu, Sabtu, 29 November 2025, Pematangsiantar bukan hanya sebuah kota. Ia adalah panggung. Panggung bagi kebangkitan sebuah janji yang tertanam, janji persatuan Marga Damanik.
Di tengah gema gondrang yang membelah udara, ribuan mata tertuju pada satu titik. Dari Tugu Becak, simbol masa lalu kota, muncul sosok yang kini memimpin arak-arakan: Satben Rico Damanik, Ketua Umum Tumpuan Damanik Boru Panogolan (TDBP) Siantar-Simalungun yang baru terpilih. Di sisinya, mengendarai kuda yang gagah, adalah mentor spiritual dan Ketua Umum TDBPI, Irjen Pol (Purn) Wagner Damanik.
Jejak Kuda dan Simbol Keperwiraan
Langkah kuda yang ditunggangi Rico Damanik terasa bukan sekadar moda transportasi; ia adalah kesinambungan takhta para Raja. Rico melambaikan tangan, matanya menyapu ribuan wajah di sepanjang trotoar. Di belakangnya, pengurus terpilih berjalan kaki—sebuah simbol kerendahan hati dan kesediaan untuk melayani umat.
“Filosofi Marsombuh Sihol—melepas rindu—menjadi inti kegiatan ini,” kenang Rico. “Kami menyoroti Monumen Raja Sangnaualuh Damanik sebagai simbol persatuan yang memantik semangat untuk menyatukan ide dan langkah bersama.”
Mereka bergerak menuju Lapangan Adam Malik, jantung kota, yang hari itu telah berubah menjadi samudra manusia.
Sebelum pengukuhan puncak, aroma Maranggir (penyucian diri) telah membersihkan niat seluruh pengurus. Ketika Rico dan Wagner tiba di Lapangan Adam Malik, mereka tidak disambut, melainkan dijemput oleh harapan ribuan orang.
Di podium kehormatan, suara para pemimpin daerah bergema. Bupati Simalungun, Dr. H. Anton Achmad Saragih, mengingatkan bahwa momen kebersamaan ini adalah fondasi. “Budaya yang kuat akan melahirkan karakter masyarakat yang kuat,” tegasnya, suaranya mengandung janji.
Selanjutnya, Wali Kota Pematangsiantar, Wesly Silalahi, mengaitkan adat dengan masa depan kota. Ia menekankan Podah podah Simalungun (delapan pedoman hidup leluhur). “Poda-poda itu bukan sekadar filosofi budaya. Ia adalah modal sosial yang akan membawa Pematangsiantar menjadi kota yang sehat, kreatif, harmonis, dan penuh persaudaraan,” ucapnya.
Momen puncak pun tiba. Di bawah pandangan tajam Irjen (Purn) Wagner Damanik, Patampei Sihilap dilaksanakan. Mandat diserahkan. Rico Damanik, kini secara resmi meminpin TDBP Siantar Simalungun.
Selanjutnya Rico Damanik mengukuhkan seluruh pengurus TDBP Kecamatan se-Siantar Simalungun—sebuah rantai kekuasaan budaya yang menghubungkan kota dengan nagori.
Rico menegaskan, Patampei Sihilap adalah komitmen merawat identitas, bukan seremoni belaka. Dengan dukungan nyata dari jajaran Forkopimda, termasuk Komandan Brigif hingga Danyonif, dan tokoh adat seperti Dr. Sarmedi Purba SPOG, TDBP Siantar-Simalungun menyatakan dirinya sebagai kekuatan budaya yang siap menghadapi masa depan.
Saat acara berakhir, ribuan Damanik, boru, dan panogolan bertebaran, membawa pulang bukan hanya kenangan pesta, tetapi sebuah ikrar baru: bahwa Marga Damanik telah bangkit, bersatu, dan siap melangkah bersama, dipimpin oleh seorang raja muda.(Red)





