SIMALUNGUN – Semangat Nagori Banjaran, Kecamatan Raya Kahean, untuk menggerakkan ekonomi desa melalui Badan Usaha Milik Nagori (BUMNag) Siholma Banjaran kini menghadapi sandungan. Proyek ternak Ayam Kalasan mereka terancam mandek karena kesulitan pemasaran, Ribuan ayam yang sudah layak panen sejak dua minggu lalu belum menemukan pembeli.
Ketua BUMNag Siholma Banjaran, Jonhot Laidin Saragih, menyampaikan keresahannya bahwa ayam-ayam dengan bobot 8 ons hingga 1,2 kg per ekor itu kini menjadi beban finansial. Setiap hari mereka harus terus mengeluarkan dana untuk pakan, padahal seharusnya sudah mencatat keuntungan.
”Makin hari makin banyak dana yang dikeluarkan. Seharusnya sudah panen, jadi harus terus membeli pakannya,” ungkap Jonhot, Rabu (1/10/2025).
Masalah ini semakin pelik karena Jonhot merasa ditinggalkan oleh pihak rekanan. Ia mengaku kecewa karena rekanan yang sebelumnya menjanjikan bantuan pemasaran saat ayam sudah panen, kini tidak merespons ketika dihubungi.
”Kecewa sama rekanan yang dulu berjanji untuk membantu pembuangan ayam jika sudah panen,” tambahnya, menunjukkan kegagalan kemitraan yang sangat disayangkan.
Untuk mengatasi tumpukan stok dan menekan kerugian, pihak BUMNag Banjaran berencana menjual Ayam Kalasan dengan harga miring, khusus untuk pembeli yang langsung datang ke lokasi. Dirinya berharap langkah ini bisa menyelamatkan proyek BUMnag tersebut.
Menanggapi kesulitan yang dialami BUMnag, Pangulu Banjaran, Siholman Purba Pakpak, angkat bicara. Ia tidak hanya menyayangkan kegagalan pemasaran ini, tetapi juga menyoroti masalah struktural yang lebih besar: minimnya pasar besar di Kabupaten Simalungun.
Siholman Purba Pakpak mendesak para pemangku kebijakan di Simalungun untuk segera merencanakan pembangunan pusat pasar yang besar dan sentral di wilayah kabupaten, bukan hanya bergantung pada Kota Pematangsiantar.
“Kami minta kepada petinggi-petinggi Simalungun agar kiranya merencanakan untuk dapat membuka pasar di daerah Kabupaten Simalungun. Jangan hanya di Siantar!” tegas Pangulu Siholman.
“Ini harus dilihat sebagai proyeksi masa depan. Simalungun butuh Pusat Pasar yang besar dan permanen agar semua hasil usaha Nagori—baik ternak, pertanian, maupun BUMnag—dapat tertampung dengan baik. Ini adalah solusi jangka panjang, bukan sekadar mengatasi masalah ayam hari ini,” pungkasnya, menunjukkan harapan agar inisiatif ekonomi desa didukung oleh infrastruktur pasar yang memadai. (ArD)